Sosok.id - Tak hanya membunuh dengan sadis korbannya, Leonarda Cianciulli juga menggunakan jasad mereka untuk dibuat menjadi kue dan sabun.
Masa kecil Cianciulli cukup menyedihkan.
Dilansir dari Nat Geo, ia adalah anak hasil pemerkosaan yang dilahirkan pada 18 April 1894 di Montella, Avellino, Italia.
Ibunya, Emilia, dipaksa untuk menikah dengan orang yang telah memperkosanya hingga hamil, yaitu Mariano Cianciulli.
Leonarda besar di tengah keluarga yang kesulitan secara ekonomi.
Pada awal abad ke-20, ayahnya meninggal dan ibunya menikah lagi.
Namun, pernikahan ibunya yang kedua tak lantas membuat keadaan ekonomi keluarganya membaik.
Kehidupan masa kecilnya yang sulit bahkan membuat Leonarda melakukan p[ercobaan bunuh diri sebanyak dua kali.
Tak hanya masa kecilnya yang penuh dengan penderitaan, Leonarda dewasa juga harus mengalami kesulitan.
Pernikahannya dengan seorang petugas kantor pencatatan, Raffaele Pansardi, yang berusia jauh lebih tua darinya ditentang oleh sang ibu.
Sebab ibunya menginginkan Leonarda untuk menikahi pria kaya pilihannya.
Oleh karena itu lah, Leonarda menganggap sang ibu telah mengutuk pernikahannya.
Ia dan suaminya kemudian tinggal di Lauria.
Selama tinggal di sana, ia bekerja karena penghasialn suaminya yang tak seberapa.
Bahkan ia juga pernah ditangkap karena terlibat kasus penipuan.
Setelah ia keluar dari penjara, mereka pindah ke Lacedonia, tapi rumah mereka rusak karena gempa.
Sehingga mereka memutuskan untuk pindah lagi ke Corregio.
Di sana, Leonarda Cianciulli membuka toko sabun.
Selama menikah, ia hamil sebanyak 17 kali.
Namun, ia hanya berhasil membesarkan empat orang anak hingga besar.
Tiga kehamilannya mengalami keguguran, sedangkan 10 dari anaknya yang telah lahir meninggal saat mereka masih anak-anak.
Karena itulah, ia menjadi ibu yang sangat protektif terhadap anak-anaknya.
Percaya ramalan
Leonarda Cianciulli adalah seorang yang percaya akan ramalan.
Baca Juga: Viral Video Anak SMA Nekat Minum Miras di Dalam Kelas Saat Guru Tengah Mengajar
Ia bahkan pernah mendatangi seorang peramal dan mengatakan bahwa dirinya akan menikah dan memiliki anak.
Namun, anaknya itu akan meninggal ketika mereka masih anak-anak.
Ia yang mengingat uucapan sang peramal tersebut, kemudian mendatangi seorang pembaca garis tangan.
Pembaca garis tangan itu melihat penjara di telapak tangan kanannya, sedangkan di tangan kiri terlihat perbuatan kriminal.
Pada masa Perang Dunia II, tepatnya pada 1939, anaknya yang bernama Giusseppe Pansardi, ditunjuk menjadi bagian dari Angkatan Darat Italia.
Hal itu kemudian membuat Leonarda ketakutan akan kehilangan putra tertua kesayangannya itu.
Ia yang mempercayai ramalan pun lalu berinisiatif untuk melakukan pengorbanan manusia.
Hal itu ia lakukan demi melindungi putranya.
Ia lalu membunuh tiga wanita.
Korban pertama
Korban pertama Leonarda adalah seorang gadis yang telah dianggap sebagai perawan tua pada masa itu.
Gadis bernama Faustina Setti itu dijanjikan untuk dinikahkan dengan seorang pria oleh Leonarda.
Leonarda menyuruhnya untuk datang ke Pola, Italia sendirian.
Ia juga menyuruh Faustina untuk merahasiakan pernikahan tersebut dari orang-orang.
Hingga tiba di Pola, Faustina baru dibolehkan untuk mengirim surat pada teman-teman serta kerabatnya.
Setibanya di Pola, Leonarda yang telah menunggu kedatangan Faustina kemudian membunuhnya dengan sebuah kapak.
Sebelum dibunuh, ia memberikan minuman anggur hingga Faustina pingsan.
Ia lalu memotong jasad korban menjadi sembilan bagian.
Darah korban yang mengucur ditampung dalam sebuah baskom.
Usai ditangkap, Leonarda menceritakan secara detail apa yang ia lakukan pada jasad korban setelahnya.
Ia memasukkan potongan tubuh korbannya ke dalam panci dan ditambahkan beberapa bahan dan mengaduknya hingga menjadi bubur yang kental dan gelap.
Lalu, ia menuangkan cairan tersebut ke septik tank.
Sementara, darahnya ditunggu hingga mengental untuk kemudian dibuat menjadi kue.
Kue itu lalu dibagikan ke tetangganya, serta dimakan sendiri olehnya dan anaknya.
Korban kedua
Hampir sama dengan korban pertama, Francesca Soavi juga diberi minum lalu dibunuh menggunakan kapak.
Tetapi, kali ini modusnya sedikit berbeda.
Francesca diiming-imingi pekerjaan oleh Leonarda.
Jasadnya juga diperlakukan sama seperti korban yang pertama.
Pembunuhan ini terjadi pada 5 September 1940.
Baca Juga: Perjuangan Herlina Kasim Menyusup ke Rimba Raya Papua Demi Kembalinya Irian Barat ke NKRI
Korban ketiga
Korban terakhir Leonarda adalah Virginia Cacioppo.
Ia dalah seorang mantan penyanyi soprano.
Leonarda juga menawarkan pekerjaan padanya dan hidupnya berakhir tragis, sama seperti korban pertama dan kedua.
Jasad korban lalu diguunakan oleh Leonarda untuk membuat sabun.
Masih sama dengan korban sebelumnya, Virginia dilarang ntuk memberitahu tentang pekerjaan tersebut pada siapapun.
Namun, saudara ipar Virginia yang menyadari kehilangannya kemudian mencurigai Leonarda.
Lalu ia melaporkannya ke pihak berwajib.
Awalnya, Leonarda selalu membantah dengan tegas kalau ia telah membunuh ketiga korbnannya itu.
Namun, karena Giuseppe diduga ikut terlibat dalam pembunuhannya yang terakhir, ia akhirnya mengakui perbuatannya.
Pada 1946, Leonarda Cianciulli dihukum 30 tahun penjara atas perbuatannya tersebut.
Ia juga diminta untuk menjalani perawatan di rumah sakit jiwa selama tiga tahun.
Hingga pada 15 Oktober 1970, di usianya yang ke 76, Leonarda dinyatakan meninggal setelah menderita pitam otak dalam waktu yang lama.
Beberapa barang yang ia gunakan untuk membunuh kini ditampilkan di Museum Kriminolog di Roma.
(*)