Kisah Luka Magnotta, Mutilasi Temannya dengan Brutal dan Unggah Videonya ke Internet Hanya Demi Popularitas

Senin, 19 Agustus 2019 | 10:34
Toronto Sun/Intisari

Kolase Luka Magnotta, pembunuh yang bunuh temannya dengan sadis dan mengunggah video pembunuhannya ke internet

Sosok.ID- Pembunuh paling narsis menjadi gelar yang disematkan pada Luka Magnotta.

Pasalnya, pria asal Kanada itu tega membunuh temannya sendiri pada tahun 2012 silam hanya demi eksistensi.

Korbannya adalah seorang siswa dari program pertukaran pelajar yang berasal dari Cina bernama Lin Jun.

Luka membunuh dan memutilasi korban, lalu mengirimkan potongan tubuh korban ke sejumlah partai politik dan ruang publik.

Sebulan setelahnya beredar sebuah video yang diduga adalah rekaman dari proses pembunuhan tersebut.

Luka pun kabur dan meninggalkan Kanada, dan menjadi buronan internasional.

Baca Juga: 4 Fakta Terbaru Kasus Pembunuhan Mayat dalam Karung, Pelaku Ngaku Dihantui Kuntilanak Hingga Disebut Tak Ada Raut Penyesalan Telah Membunuh Korban

Namun, ia berhasil ditangkap saat ia berada di sebuah warnet di Berlin.

Saat itu, ia sedang membaca artikel tentang dirinya.

Sebelum itu, ia juga telah diburu oleh kelompok perlindungan hak asasi hewan.

Sebab ia menyebarkan video saat ia sedang membunuh seekor kucing.

Profil

Luka terlahir dengan nama Eric Clinton Kirk Newman pada 24 Juli 1982 di Ontario, Kanada.

Baca Juga: Kisah Pelarian Prada DP dari Pusat Pelatihan Hingga Berujung Aksi Pembunuhan Terhadap sang Pujaan Hati

Namun, pada 12 Agustus 2006 ia secara resmi mengganti namanya menjadi Luka Rocco Magnotta.

Ia bekerja sebagai aktor pornografi yang memulai karirnya sejak 2003.

Pada 2007, beredar rumor yang mengatakan Luka menjalin hubungan dengan Karla Homolka.

Seorang pembunuh yang terkenal di Kanada.

Namun, dialnsir dari Toronto Sun, ia membantah rumor tersebut.

Baca Juga: Perkembangan Sidang Kasus Prada DP, Korban Diduga Alami Kekerasan Seksual Sebelum Dibunuh

Tindak kriminal

Tindak kriminal yang dilakukan Luka yang pertama adalah penipuan.

Pada 2005, ia menyamar sebagai wanita untuk mengajukan kredit dan membeli barang senilai Rp 140 juta.

Ia lantas menerima hukuman bersyarat selama 9 bulan dengan masa percobaan 12 bulan.

Kemudian, pada 2010 ia mengunggah sebuah video secara online.

Dilansir Peta.org, video itu berjudul '1 boy 2 kittenns'.

Baca Juga: Tembaki Polisi yang Sedang Olah TKP Pembunuhan Brigadir Heidar, KKB Papua Langsung Kocar-kacir Masuk Hutan Saat Dikejar

Dalam video itu, ia menunjukkan adegan penyiksaan yang ia lakukan pada dua ekor anak kucing.

Dua anak kucing itu di masukkan ke dalam karung dan udara di dalam karung dihisap menggunakan alat vakum.

Setahun kemudian, ia kembali mengunggah video penyiksaan terhadap anak kucing.

Kali ini ia memberikan anak kucing itu kepada ular piton untuk dimangsa.

Beberapa hari setelahnya, ia mengunggah video anak kucing lagi.

Baca Juga: Pembunuhan Remaja yang Jasadnya Tinggal Tulang dalam Karung, Korban Dicekoki Miras Lalu Diajak Berhubungan Badan

Kali ini, anak kucing itu diikat pada sebuah gagang sapu dan ditenggelamkan di bak mandi.

Berkat videonya itu, banyak kelompok penyayang hewan yang geram.

Luka bahkan berkali-kali membuat akun palsu yang ia gunakan untuk menyebarkan eksistensi dirinya.

Berdasarkan laporan polisi, setidaknya ada 70 akun Facebook dan 20 website yang telah dibuat oleh Luka.

Akun dan web yang memiliki nama berbeda-beda itu ia gunakan untuk memberitakan dirinya sendiri.

Baca Juga: Dalianto, Bunuh Kakak Ipar Lantaran Korban Sering Caci Maki Istri dan Mertua

Tujuannya agar ia menjadi tenar.

Pembunuhan Lin Jun

Telah disebutkan di atas, Luka membunuh temannya sendiri demi eksistensi.

Dilansir dari Intisari, peristiwa itu terjadi pada 2012.

Saat itu, pada 25 Mei 2012, sebuah video dengan judul '1 Lunatic 1 Ice Pick' beredar di internet.

Video berdurasi 11 menit itu memperlihatkan seorang pria telanjang yang diikat di tempat tidur.

Baca Juga: Ajakan Seksnya Ditolak, Seorang Suami Nekat Bunuh Istrinya Kemudian Jasadnya Dibakar Bersama Sang Anak yang Masih Hidup

Luka lalu menikam korban berulangkali menggunakan sebuah alat pemecah es dan pisau dapur.

Selanjutnya, korban yang telah bersimbah darah itu dipotong-potong dengan sadis.

Bahkan, ia juga mengambil sedikit potongan daging segar dari tubuh pria tersebut.

Selain itu, ia juga turut menyodomi jasad korban dengan brutal.

Kemudian, ia mengambil pisau daging dan garpu untuk mengiris daging korban dan memakannya.

Baca Juga: Terungkap Alasan Pelaku Pembunuhan Selebgram Cantik di Rusia, Ajakan Seks Ditolak dan Dibilang Miskin

Ia bahkan memberikan sebagian daging itu pada anjingnya.

Adapun lagu dari band New Order yang berjudul 'True Faith' turut mengiringi perbuatan sadis tersebut.

Kepolisian Kanada pun terkejut melihat video itu dan segera mencari pelakunya.

Lalu, pada 29 Mei 2012, polisi menerima laporan kehilangan.

Lin Jun dilaporkan hilang oleh beberapa temannya.

Ia terakhir dilihat pada 24 Mei 2012.

Baca Juga: Diduga Tewas Terbunuh, Presenter TVRI Ditemukan dengan Luka Tusuk di Selokan

Bersamaan dengan laporan itu, sebuah paket yang berbau sangat busuk dengan simbol hati berwarna merah diterima di markas nasional Partai Konservatif Kanada.

Paket itu berisi potongan kaki kiri korban.

Paket lainnya, yang berisi potongan tangan kiri korban juga dikirim ke Partai Liberal melalui Canada Post.

Tak lama setelah itu, polisi akhirnya berhasil menemukan apartemen lokasi kejadian.

Apartemen itu merupakan tempat tinggal Luka.

Baca Juga: Kisah Fikri Pribadi, Pengamen yang Dipaksa Akui Pembunuhan di Cipulir Menuntut Ganti Rugi Atas Kasus Salah Tangkap

Namun, sayangnya di dalam apartemen yang telah dipenuhi dengan darah dan senjata itu tak ditemukan keberadaan Luka.

Hingga pada 5 Juni 2012, paket yang berisi potongan kaki kanan dan tangan kanan korban yang sudah membusuk kemabali dikirim ke publik.

Kedua paket itu dikirim dari Montreal, Kanada.

Puncaknya adalah saat polisi menemukan potongan kepala korban di tepi danau kecil di Taman Angrignon Montreal.

Setelah polisi mendapat telepon misterius.

Baca Juga: Kejam, Seorang Pria Tiduri 5 Orang Wanita yang Ia Kenal Dari FB, Korban Lantas Dibunuh dan Dikubur di Halaman Rumahnya

Sebelum ditangkap di sebuah warnet di Berlin, Luka sempat kabur ke Perancis dan Jerman.

Ia ditangkap saat tengah membaca artikel mengenai dirinya.

Proses sidang

Usai ditangkap, Luka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum.

Selama menjalani persidangan, ia mengatakan bahwa dirinya mengidap gangguan mental.

Dari perbuatannya itu kemudian ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dimulai sejak bulan April 2013.

Baca Juga: Diduga Dibunuh oleh Kekasihnya, Pramugari Cantik Ditemukan Tewas dengan Leher Tercekik di Dalam Bak Mandi Hotel

Buku

Ibu Luka, Anna Yourkin, kemudian membuat buku mengenai kasus anaknya itu.

Bersama dengan Brian Whitney, mereka menulis kasus pembunuhan itu dari sudut pandang Luka.

Ada satu pengakuan yang mengejutkan dari Luka.

Jika dalam persidangan ia mengatakan bahwa ia mengalami gangguan mental, dalam bukunya, ia mengatakan yang sebaliknya.

"Aku tidak memiliki gangguan jiwa atau semacamnya sama sekali. Aku harus berpura-pura menjadi seperti itu karena pengacaraku memaksaku untuk melakukannya," ujar Luka pada Whitney dalam bukunya yang berjudul My Son the Killer, mengutip Toronto Sun.

Baca Juga: Berdarah Dingin, Kasus Mayat Dalam Karung di Blora, Para Pelaku Makan Nasi Bungkus di Samping Jenazah Usai Bunuh Korban

Kasus pembunuhan yang dilakukan Luka Magnotta tampaknya harus dijadikan pembelajaran bagi semua orang.

Jangan sampai kita menjadi orang jahat hanya demi eksistensi.

(*)

Tag

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber wikipedia, intisari, peta.org, Toronto Sun