Kisah Diana Cristiana Da Costa Ati Guru Cantik Asal Timor Timur, Rela Berpisah dengan Ayahnya Demi NKRI

Minggu, 18 Agustus 2019 | 14:16
Dok. Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Sosok.id - Diana Cristiana Da Costa Ati, S.pd, adalah sosok perempuan yang menginspirasi ini.

Ia adalah Guru Penggerak daerah terpencil Sekolah Dasar Impres (SDI) Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.

Dilansir dari laman tniad.mil.id, tulisan tersebut ditulis langsung oleh sang guru cantik tersebut.

Diana Christiana Da Costa Ati saat ini berusia 23 tahun, dan bekerja sebagai guru di SDI Kaibusene Distrik Haju, Kabupatern Mappi, Provinsi Papua.

Baca Juga: Serangan KKB Menjelang HUT RI ke-74 Menelan Korban, Pratu Sirwandi Menghembuskan Nafas Terakhir Setelah Menjalani 2 Kali Operasi di RSUD Wamena

Lulusan dari Universitas Nusa Cendana 2017, jurusan Pancasila dan kewarganegaraan ini adalah asli orang Timor Timur.

Guru cantik dan sang ibu cinta Merah Putih dan saat jejak pendapat, mereka memilih Indonesia, namun sang ayah tetap berwarganegara Timor Timur.

Dari saat itu, Ia dan Ibunya harus berpisah dengan ayahnya sampai sekarang, dan hanya dapat bertemu di pintu batas.

Ia menuturkan bahwa suatu pengalaman luar biasa ketika harus menghadapi kehidupan yang jauh berbeda dari kehidupan di kota sebelumnya.

Baca Juga: Cerita Haru di Balik Pertemuan Melanie Subono dengan Driver Ojol, Ternyata Anak Yatim yang Ia Ajak ke Dufan 23 Tahun Lalu

“Tanah kami tanah kaya, kami berenang di atas minyak, tidur di atas emas…..”, secuil lirik dari sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Edo Kondologit membuat Diana memutuskan untuk mengabdi di tanah Papua.

Dok. Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Diana menuliskan di laman tniad.mil.id, saat pertama kali menginjakkan kaki di Papua pada Bulan November tahun 2018, ia dibuat terkejut oleh keadaan yang ada di sana.

Anak-anak SDI Kaibusene sama sekali tidak bisa menyebutkan identitas negara Indonesia.

Mereka menyebut bendera Indonesia adalah bendera berlambang Bintang Kejora bukan Merah Putih.

Padahal bendera Bintang Kejora adalah bendera dari Organisasi Papua Merdeka.

Baca Juga: Modus Buat Laporan Pengaduan, Terduga Teroris Bacok Anggota Polisi di Polsek Wonokromo

Sungguh miris keadaan di sana saat guru cantik itu pertama kali datang ke SDI Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua.

Bahkan bukan hanya di situ saja, lagu kebangsaan Indonesia Raya pun tak ada yang bisa menyanyikan termasuk murid kelas enam sekalipun.

Dan yang paling fatal menurut Diana, tak satupun murid di sekolah itu yang hafal Pancasila.

Saat melihat fenomena itu, hati kecil Diana menangis dan berpikir mau dibawa kemana nasib anak-anak ini? Mau menyalahkan siapa? Ia pun tak dapat menjawab.

Baca Juga: Kisah Istri Pemimpin Jaringan Teroris Poso, Menolak Tunduk pada NKRI dan Pengalaman Masa Kecilnya di Hari Kemerdekaan

Di SDI Kaibusene tersebut hanya memiliki tiga ruangan sehingga saat proses belajar mengajar harus bercampur.

"Yang Pasti, bukan salah anak didik saya. Hal kecil tapi sangat miris ketika didengar", tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Selama satu tahun Diana berjuang untuk mendidik anak-anak di SDI Kaibusene tersebut, paling tidak mereka memiliki mimpi untuk menjadi orang yang berguna.

Dan perjuangan Diana pun tak sia-sia, pada bulan Februari 2019, anak-anak didik Diana sudah mengalami banyak perubahan.

Baca Juga: Oknum Diduga Patahkan Tiang Bendera dan Buang ke Selokan, Asrama Mahasiswa Papua Dikepung Ormas, Begini Penjelasan Polisi

Mereka punya mimpi yang sangat besar.

"Ibu sa su cape ka begini terus saya mau naik pesawat kayak bapak-bapak dorang di Jakarta sana, naik mobil mewah, sa tra pernah naik mobil Ibu guru, sa mau tidur di atas spon, Sa mau minum air bersih, Sa mau jadi orang hebat ibu…", tulis Diana menggambarkan mimpi-mimpi anak didiknya yang dikutip dari laman tniad.mil.id.

Memang niat awal Diana datang ke SDI Kaibusene tersebut adalah untuk mengabdi dan paling tidak sedikit merubah pola pikir anak didiknya sehingga memiliki mimpi yang besar.

Dengan keterbatasan fasilitas yang ada, si guru cantik tersebut tak menyerah melatih anak-anaknya membaca dan menulis.

Baca Juga: Alami Kecelakaan Hingga Lengan Terputus, Pria Ini Tetap Santai di Samping Potongan Tangannya

Bahkan anak-anak didiknya mau lakukan semuanya sebab mereka mulai paham pendidikan itu merupakan pedoman menuju kehidupan lebih layak.

Dok Istimewa | Tniad.mil.id

Memilih Jadi WNI dengan Sang Ibu Membuatnya Harus Berpisah dengan Ayahnya, Dan Saat Mengabdi Menjadi Guru di Papua, Begini yang Ia Temukan!

Dalam perjuangan untuk mencerdaskan anak didiknya bahkan Diana dan guru-guru lain sampai mendatangi orangtua murid didiknya.

"cukup mace dan pace saja ke hutan anak dorang dengan kita belajar supaya besok besok mereka bisa beli berasa kasih pace dorang makan ka”, tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Dan usaha Diana besera guru-guru yang lain di SDI Kaibusene Distrik Haju, Kabupaten Mappi, Papua dapat merasakan hasil ketulusan mereka dalam mencerdaskan anak didiknya.

Sekarang semua lagu nasional mereka sudah bisa menyanyikan, bahkan bahasa Inggris ajaran dasar pun sudah bisa mereka sebutkan dan pahami maksudnya.

Baca Juga: Bupati Mimika Marah Atas Kedatangan Ignatius Jonan Ke Tembagapura Hadiri Undangan HUT RI ke-74 dari Freeport

"Anak didik saya bermimpi suatu saat nanti seiring matahari terbit di ufuk timur ini kami yang kulitnya hitam dan rambutnya keriting bisa menjadi orang No 1. Aamiin Nak….semuanya bisa. Yang rajin belajar dan berdoa…”, tulis Diana di laman tniad.mil.id.

Sejak artikel ini diunggah oleh laman tniad,mil.id, pada (27/6/19), Diana dan kawan-kawan guru lainnya,menyiapkan perpustakan mini dengan jumlah buku 500 buah untuk dibaca setiap jam 16.00 WIT di tempat tinggal mereka.(*)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber tniad.mil.id