Sosok.ID- Keluarga telah kehilangan kontak dengan Alis Juariah sejak 21 tahun yang lalu.
Wanita berusia 46 tahun ini pergi ke Arab Saudi sejak tahun 1998 lalu.
Pihak keluarga tengah mengupayakan agar ia bisa kembali ke Indonesia.
Tepatnya ke rumahnya yang berada di Kampung Muhara Rt 001 Rw 010, Desa Haurwangi, Kecamatan Haurwangi, Cianjur, Jawa Barat.
Keluarga telah menghubungi instansi dan lembaga terkait untuk meminta bantuan pemerintah.
Tetapi usaha itu belum membuahkan hasil.
Baca Juga: TKW Raib Selama 21 Tahun di Arab Saudi, Dikira Sudah Meninggal Tapi Nyatanya Disiksa Majikan
“Sejak pergi 21 tahun lalu itu sampai sekarang tidak pulang-pulang. Keluarga bahkan sempat mengikhlaskannya jika memang sudah meninggal dunia.
Namun, empat tahun lalu datang surat yang mengabarkan bahwa kakak saya ternyata masih hidup, tetapi nasibnya tidak beruntung,” tutur Dikdik mengutipi Kompas.com, Senin (12/08/2019).
Berdasarkan keterangannya, Alis sempat berkirim surat tiga kali selama bekerja di Riyadh, Arab Saudi.
Surat itu berisi perlakuan majikan Alis terhadapnya.
“Kakak saya tidak diperbolehkan keluar rumah. Kalau majikan dan keluarga pergi keluar, kakak saya dikunci di kamar mandi sampai majikan pulang,” katanya.
Baca Juga: Seribu Satu Usaha Keluarga Selamatkan Sri Wahyuni, TKW Korban Penyiksaan di Arab Saudi
Alis mengirimkan suratnya itu dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui majikannya.
"Suratnya dititipin ke sopir majikannya,” jelasnya.
Bahkan, di surat terakhir yang diterima Didik, kakaknya meminta bantuan agar segera dipulangkan.
Sebab Alis sudah tidak tahan dengan perlakuan majikannya.
“Tolongin dik, tolongin teteh, teteh sudah tidak kuat, teteh disiksa, tangan teteh ditusuk sampai 20 jahitan," kata Dikdik menirukan isi surat sang kakak.
Baca Juga: Memeluk Erat Sang Ibu dan Sang Anak, Kisah Tukini, TKW yang Akhirnya Pulang Setelah 21 Tahun Hilang
Berbekal surat tersebut, Didik kemudian mendatangi instansi terkait di Jakarta.
Ia meminta bantuan agar kakaknya itu bisa dipulangkan.
Walaupun keluarga sempat dihubungkan dengan KBRI di Arab, namun usaha untuk memulangkan Alis tak kunjung membuahkan hasil.
Bahkan keluarganya telah berkali-kali ke Jakarta untuk mengupayakan kepulangan Alis.
“Saya sudah bolak-balik ke Jakarta, pinjam sana sini, bahkan jual yang ada untuk biaya agar kakak saya bisa segera dipulangkan, tapi belum ada hasilnya sampai sekarang,” ucap Didik.
Selpi Lusniawati, anak sulung Alis mengaku selama 21 tahun ditinggal sang ibu hanya menerima surat dan kiriman uang dua kali.
“Setelah dua tahun bekerja, ibu ternyata tidak pulang sampai sekarang, tak ada kabar sama sekali. Saya waktu itu masih kecil, belum mengerti seperti sekarang.
Saya pikir ibu memang sedang bekerja saja di sana, ternyata kondisinya seperti ini,” tuturnya mengutip Kompas.com.
Ia dan pamannya telah melakukan berbagai cara untuk memulangkan ibunya.
Termasuk meminta bantuan Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia Raya (Astakira) Pembaharuan sebagai lembaga advokasi pekerja migran Indonesia.
Ketua DPC Astakira Pembaharuan Cianjur Najib Ali Hildan mengatakan, pihaknya kemudian langsung melakukan tindakan.
Begitu dimintai bantuan, pihaknya kemudian segera mengumpulkan informasi dan melacak keberadaan Alis.
“Alhamdulillah kami dapat nomor telepon majikannya.
Saya coba telepon langsung dan minta untuk bicara langsung dengan Alis Juariah.
Namun, dia mengaku katanya sedang ada di luar negeri. Kami akan terus hubungi dia,” katanya, mengutip Kompas.com.
Najib juga menegaskan bahwa pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memulangkan Alis.
Termasuk memperjuangkan hak-haknya yang diduga tidak didapatkan.
"Kami akan terus dorong instansi-instansi terkait agar Alis Jauriah secepatnya dipulangkan ke tanah air. Ini negara harus hadir karena ada warganya yang tidak bisa pulang selama 21 tahun dan diduga telah menjadi korban penganiayaan,” katanya.
(*)