Sosok.id- Sampai akhir hayatnya, Hatta tak pernah menginjakkan kakinya ke Singapura.
Hatta memang dikenal dengan keteguhannya yang kuat.
Seperti sumpahnya untuk tidak menikah sebelum Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.
Telah diberitakan oleh Sosok.id sebelumnya, mengenai pernikahan Hatta dan Rahmi Rachim.
Hatta benar-benar menepati janji yang ia buat.
Baca Juga: Kecintaan Bung Hatta Terhadap Buku dan Menulis, Dijadikan Mas Kawin Hingga Antarkan ke Tanah Suci
Ia menikahi Rahmi pada 18 November 1945.
Tepat tiga bulan setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Rahmi pun tak percaya pada nasib yang membawanya hingga dipersunting oleh seorang wakil presiden.
Keteguhan Hatta juga dapat dibuktikan saat ia bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya di Singapura.
Sumpah itu ia buat setelah mengetahui dua orang marinir Indonesia ditangkap oleh pemerintah Singapura.
Dua orang marinir itu adalah Serda Umar dan Kopral Harun.
Keduanya ditangkap setelah melakukan pengeboman di MacDonlad Haouse Orchard Road.
Pengeboman yang dilakukan pada Maret 1965 itu menewaskan tiga orang.
Akibat perbuatan tersebut, keduanya dikenai hukuman gantung dan dieksekusi pada 17 Oktober 1968.
Hatta yang mendengar kabar itu kemudian bersumpah untuk tidak menginjakkan kakinya ke Singapura.
Mengutip Wahyuni Sahara : Keteladanan Hatta Sebagai Negarawan yang diterbitkan Majalah Intisari No. 647 Agustus 2016, sumpahnya itu ia sampaikan pada istrinya, Rahmi.
Sumpah itu merupakan bentuk kekecewaan Hatta terhadap pemerintah Singapura.
Hingga akhir hayatnya, Hatta tak pernah melanggar sumpahnya itu.
Tertib menggunakan uang negara
Pada 1971, Hatta beserta anak istrinya pergi berobat ke Belanda.
Bahkan, sebelum kembali ke Indonesia, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke Austria.
Baca Juga: Soekarno di Mata Mantan Gurbernur NTT, Ben Mboi: Dilupakan oleh Bangsanya Namun Dikenang Dunia
Sesampainya di Indonesia, Hatta pun berniat untuk mengembalikan uang negara yang sisa dari perajalanannya itu.
Melalui sekretarisnya, Wangsa Widjaja, ia berniat mengembalikan uang kembalian itu pada negara.
Sebelumnya, ia juga menyuruh Wangsa untuk membuat surat pengantar.
Surat pengantar berisi ucapan terima kasih kepada presiden itu diserahkan bersamaan dengan uang kembalian pada Sekretariat Negara.
Baca Juga: Kebiasaan Unik Bung Karno, Gemar Bernyanyi di Kamar Mandi, Hingga Buat Sjahrir Terganggu
Namun, perjuangan Wangsa untuk mengembalikan uang kembalian itu nampaknya cukup sulit.
Pasalnya, Bendahara Kepresidenan enggan menerima uang tersebut.
Berbagai cara pun dilakukan agar uang itu dapat dkembalikan kepada negara.
Mengutip Wahyuni Sahara : Keteladanan Hatta Sebagai Negarawan yang diterbitkan Majalah Intisari No. 647 Agustus 2016, Hatta merasa tidak pantas mengambil sisa uang tersebut.
Sampai titik darah penghabisan pun ia akan tetap mengembalikan sisa uang yang diberikan oleh negara berapa pun jumlahnya.(*)