Ching Shih, dari Prostitusi hingga Menjadi Perompak Wanita Terhebat Sepanjang Sejarah, Kuasai Hingga 1800 Kapal

Minggu, 11 Agustus 2019 | 13:39
pinterest

Ching Shih, perompak wanita terkuat sepanjang sejarah Cina

Sosok.id - Jika Anda pernah melihat film Pirates of the Caribbean, mungkin akan mengetahui sosok perompak wanita ini.

Cheng Shih, atau yang dalam film tersebut ia dipanggil "Mistress Cheng".

Perompakwanita dari Cina yang luar biasa.

Ia merupakan pemimpin dari Red Flag Fleet (Armada Bendera Merah) yang terkenal.

Melansir dari Ancient Origins, kehidupan pribadinya semasa kecil tidak diketahui pasti.

Tetapi, ia diketahui lahir pada tahun 1775 di Provinsi Guangdong, Cina dengan nama Shil Xiang Gu.

Kemudian, ia bekerja sebagai PSK di rumah pelacuran di Kanton.

Baca Juga: Sosok Taoka Kazuo, Gangster Ganas Jepang, Salah Satu Pemimpin Yakuza yang Paling Ditakuti

Ada yang unik dari rumah pelacuran tersebut.

Rumah pelacuran itu sengaja dibangun di atas kapal sehingga dapat mengambang dan mendatangi pelanggan dengan berlayar.

Pada 1801, seorang bajak laut bernama Cheng I yang menjadi pemimpin armada kapal yang disebut "Red Flag Fleet", melihat kecantikan Ching Shih.

Ada beberapa versi cerita tentang bagaimana keduanya bisa bersama.

Ada yang mengatakan Cheng I mengirimperompaknya untuk menyerang dan menjarah rumah pelacuran tempat Ching Shih bekerja.

Kemudian, perompak-perompak itu diminta untuk membawa dan menyerahkan Ching Shih pada Cheng I dan keduanya pun menikah.

Sementara versi lainnya, mengatakan bahwa Cheng I melamar Ching Shih secara langsung.

Baca Juga: Kecintaan Bung Hatta Terhadap Buku dan Menulis, Dijadikan Mas Kawin Hingga Antarkan ke Tanah Suci

Ching Shih pun menerima lamaran tersebut karena ia pikir dapat memiliki kekuasaan yang dimilki oleh Cheng I.

Selain itu, ia juga akan memiliki setengah dari jarahan Cheng I.

Terlepas dari bagaimana cerita mereka akhirnya bisa bersama, keduanya kemudian memimpin Red Flag Fleet bersama.

Dengan kerjasama keduanya, Red Flag Fleet tumbuh dengan pesat.

Dari yang semula hanya memilki 200 kapal hingga memiliki 600 kapal.

Bahkan jumlah itu terus bertambah hingga mencapai 1700-1800 kapal.

Armada yang mereka miliki dibagi berdasarkan warna benderanya.

Baca Juga: Kisah Asmara Bung Hatta: Pernah Sumpah Tak Menikah Sampai Indonesia Merdeka, Akhirnya Lulus Melihat Rahmi Rachim

Kapal dengan bendera warna merah adalah kapal pemimpin, sedangkan yang lainnya memiliki bendera berwarna hitam, putih,biru, kuning, dan hijau.

Mereka kemudian membentuk koalisiperompakKanton bersama seorang perompak lainnya, Wu Shi'er.

Enam tahun setelah pernikahan mereka, tepatnya pada 1807, Cheng I meninggal bersama 50-70 ribuperompak lainnya.

Ching Shih yang tidak mau kembali ke kehidupan pelacuran pun melihat kesempatan emas sebagai pemimpin Red Flag Fleet.

Sebenarnya, bisa saja ia lengser karena ada pengganti Cheng I, Chang Pao.

Ia adalah anak angkat mereka berdua.

Namun, Ching Shih yang haus akan kekuasaan akhirnya memutuskan untuk memimpin Red Flag Fleet dengan dukungan Chang Pao.

Baca Juga: Jalan Sunyi Jenderal Hoegeng Sang Pemberani,

Kepemimpinan Ching Shih

Ching Shih adalah sosok tuanperompak yang ketat dan teratur.

Ia sangat fokus terhadap bisnis dan strategi militer.

Bahkan ia berusaha dengan keras untuk membentuk pemerintahan agarperompaknya terikat dan dilindungi oleh hukum.

Tidak hanya itu, setiap hasil jarahan juga harus dilaporkan terlebih dahulu sebelum didistribusikan.

Kapal mana pun juga berhak menyimpan 20 persen hasil jarahan, sedangkan 80 persennya akan dimasukkan ke dalam dana kolektif.

Ching Shih juga menetapkan aturan yang ketat mengenai perlakuan terhadap tahanan, terutama tahanan wanita.

Baca Juga: Miris! Seorang Wanita Penyandang Disabilitas Dilarang Masuk Kantor Pemerintahan Gegara Pakai Celana Pendek

Jika mereka memiliki paras yang kurang cantik, mereka akan dibebaskan tanpa disiksa.

Ia mengizinkanperompaknya untuk menikahi tahanan yang cantik, tapi dengan syarat harus setia pada mereka.

Jikaperompaknya ada yang melakukan pelecehan terhadap tahanan wanita, maka mereka akan dieksekusi.

Selama kepemimpinannya, ia bersamaperompaknya menjarah desa-desa di pesisir Makau hingga Kanton.

Bahkan ia dijuluki sebagai "The Terror of South China" atau teror Cina Selatan.

Jika ada yang melawannya, ia tak segan-segan menghukum mereka dengan memaku kaki mereka di kapal kemudian dipukuli.

Semua kapal milik Cina, Portugis, dan Inggris bahkan jatuh ke tangan Chang Shih yang tak terkalahkan.

Hingga Cina menawarkan amnesti pada semua perompak untuk menjatuhkan pemerintahan Ching Shih di atas laut.

Baca Juga: Kebiasaan Unik Bung Karno, Gemar Bernyanyi di Kamar Mandi, Hingga Buat Sjahrir Terganggu

Akhir kepemimpinan Ching Shih

Pejabat Cina saat itu, Zhang Bai Ling kemudian bernegosiasi dengan Chang Pao.

Tapi negosiasi itu tak menemukan jalan keluar.

Hingga suatu hari Chang Shih datang ke tempat Zhang Bai Ling ditemani 17 wanita dan anak-anak yang buta huruf tanpa membawa senjata apapun.

Dari pertemuan keduanya itu ditemukan jalan keluar.

Ching Shih diizinkan untuk menyimpan semua hasil jarahannya.

Sementara Zhang Bai Ling akan menjadi saksi pernikahan antara Chang Shih dan Chang Pao.

Tapi dengan syarat, keduanya harus berlutut pada Zhang Bai Ling sebagai ucapan terima kasih.

Baca Juga: Sehari Cuma Habis Rp 26 Ribu untuk Makan, Wanita Ini Lantas Mampu Beli 3 Rumah, Begini Caranya

Saat itu lah, Ching Shih mengakhiri karirnya sebagai perompak dan memiliki seorang putra dari Chang Pao.

Kemudian, setelah Chang Pao meninggal, ia kembali ke Kanton dan mendirikan sebuah rumah judi.

Ia menetap di Kanton sampai akhir hayatnya di tahun 1844.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : ancient-origins.net

Baca Lainnya