Potensi Gempa 8 Skala Richter, Kepala BNPB Sebut Masyarakat Pesisir Punya Waktu Kurang dari 3 Menit Selamatkan Diri dari Tsunami

Selasa, 30 Juli 2019 | 18:10
Pexels

Ilustrasi gempa dan tsunami

Sosok.ID - Tak bisa dipungkiri, suka tidak suka, terima tidak terima negara Indonesia adalah daerah rawan bencana alam.

Sebab, Indonesia termasuk dalam negara Cincin Api Dunia.

Maka ancaman gempa dan tsunami bakalan ada sampai dunia ini kiamat.

Mengutip Kompas.com, Selasa (30/7/2019) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo seusai penanaman mangrove di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dalam rangkaian Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019 pada Selasa (30/7/2019) mengungkapkan masyarakat pesisir agar segera mencari tempat yang aman apabila terjadi gempa skala besar.

Baca Juga: Menyabung Nyawa di Matabean, Pertempuran Brutal Yonif Linud 328 Kostrad Vs Kombatan Timor Timur

Terlebih jika gempa terjadi dalam jangka waktu lama dan berpotensi menyebabkan tsunami.

Ia juga mengungkapkan semua daerah tak punya alat deteksi dini tsunami.

"Ketika ada gempa tidak semua daerah mempunyai sistem peringatan dini, tidak semua masyarakat pakai Hp. (Maka) masyarakat diajari kalau ada gempa besar dengan waktu relatif lama tidak usah menunggu peringatan dini," kata Doni.

Doni menambahkan jika gempa dalam durasi lama maka secepatnya masyarakat di pesisir meninggalkan lokasi dan pergi menyelamatkan diri sejauh mungkin.

Baca Juga: Fakta Mengejutkan Ditemukan Polisi Usai Tes Rambut Nunung, Terungkap Berapa Lama Komedian Itu Pakai Sabu

Sebab masyarakat hanya diberi tenggat waktu tiga menit saja untuk menyelamatkan diri.

"Karena tidak semua daerah punya peringatan dini, kalau yang punya (sistem) peringatan dini alhamdulillah. Kalau yang tidak punya, otomatis kesadaran segera tinggalkan kurang dari tiga menit," ujar Doni.

Saat gempa dan tsunami di Palu, peringatan dini baru keluar pada menit kelima usai terjadinya gempa.

Dalam kesempatan itu Doni juga meminta para pemilik resort maupun hotel di kawasan pesisir agar membangun sistem keamanan demi keselamatan bersama saat gempa dan tsunami terjadi.

Doni lantas menuturkan agar tiap-tiap insan menyadari jika Indonesia rentan terjadi gempa dan tsunami.

Baca Juga: Fakta Robi Anjal, Sosok yang Mengaku Hidup Lagi Usai Mati, Masyarakat Kecewa Jenazah Tak Jadi Meninggal Dunia

"Presiden dua minggu yang lalu mengatakan, sampaikan apa adanya," kata Doni seusai penanaman mangrove di Pantai Laguna Lembupurwo, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangkaian Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, Selasa (40/7/2019).

Doni menyebutkan rentetan bencana gempa dan tsunami yang terjadi di masa lalu. Antara lain tsunami yang terjadi 19 Agustus 1977 di Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali dan Jawa Timur.

"1992 tsunami di Flores, korbannya sangat banyak. Kemudian 1994 kejadian di Banyuwangi. Kalau dilihat lagi, mendekati kemarin di Aceh tahun 2004, kemudian Nias, Mentawai, Enggano, Selat Sunda dan terakhir Pelabuhan Ratu," kata Doni.

Ribuan tahun yang lalu, lanjut Doni, juga pernah terjadi tsunami besar seperti di Aceh.

Bahkan bencana tersebut tidak hanya terjadi sekali saja.

"Suatu saat akan terulang, karena alam mencari keseimbangan. Terjadilah gesekan, pergerakan lempeng, maka timbul pelepasan energi gempa lebih dari 8 skala richter," jelas Doni.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya