Sosok.ID- Evi Apita menarik perhatian masyarakat akhir-akhir ini karena terkait fotonya yang dianggap lebih cantik dari aslinya.
Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini dikenal sejak sidang sengketa hasil pemilu legislatif di Mahkamah Konstitusi (MK).
Ia berhasil mendapatkan suara terbanyak pada pemilu legislatif DPD NTB 2019 dengan 283.932 suara.
Namun, Farouk Muhammad, lawannya mempermasalahkan fotonya.
Sehingga hal ini menghambat perjalanannya untuk menuju kursi dewan.
Farouk mengatakan bahwa foto Evi yang terpasang di alat peraga kampanye (APK) tidak sama dengan wajah aslinya.
Foto itu dinilai dimanupulasi sehingga ia terlihat lebih cantik.
Hal itu lah yag diduga membuatnya mengantongi jumlah suara terbanyak.
Untuk mengenal lebih dalam siapa Evi Apita, berikut fakta-faktanya dilansir dari Kompas.com.
1. Lulusan hukum dan kenotariatan
Evi Apita Maya tidak lahir dari keluarga yang berhubungan dengan dunia politik.
Namun, wanita kelahiran Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini telah tertarik dengan dunia politik sejak semasa sekolah.
Hal itu terbukti dari keikutsertaannya dalam berbagai organisasi.
Kemudian, setelah lulus dari bangku SMA ia memilih masuk jurusan hukum di Universitas Diponegoro, Semarang.
Setelah itu, ia sempat berencana untuk melanjutkan studinya di Universitas Leiden, Belanda.
Namun, tidak ia lakukan.
Akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan magister kenotariatan di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Bahkan ia lulus dengan gelar cumlaude.
Selanjutnya ia bekerja sebagai notaris dan masih aktif mengikuti berbagai kegiatan sosial.
"Termasuk Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia), Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia)," ujar Evi.
Ia juga menjadi kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).
2. Politik bukanlah hal baru
Pada era reformasi, Evi mulai terjun ke dunia politik.
Ia menjabat sebagai bendahara umum Partai Amanat Nasional (PAN) di NTB.
Baca Juga: Inilah Syamsul, Sosok Driver Ojek Online Yang Beri Jaket Bocah Laki-Laki Bugil di Pinggir Jalan
Ia digandeng oleh kakaknya yang saat itu mendapat mandat langsung dari Amien Rais untuk membangun PAN di Provinsi NTB.
Bahkan ia sampai menjabat sebagai petinggi di bidang perwakilan perempuan.
Setelah itu, ia beralih ke Hanura.
Masih sama, kakaknya juga mendapat mandat dari Wiranto untuk membangun Hanura di NTB.
Ia juga menjadi salah satu dari Tim 9 sebagai pendiri Hanura di NTB.
Bahkan ia menjabat sebagai bendahara umum selama tiga periode.
Selain itu, ia juga menjadi Koordinator Wilayah Hanura untuk Kabupaten Bima dan Dompu.
Dan jabatan terakhirnya adalah di bidang organisasi, keanggotaan dan kaderisasi.
Sebelumnya, pada tahun 2009 dan 2014 ia sudah mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPRD Provinsi NTB dari Partai Hanura.
Namun, ia gagal dan mencoba untuk kursi DPD di tahun 2019 ini.
"Saya mencoba untuk dengan modal keyakinan bahwa saya harus ikut dalam decision maker," ujarnya.
"Saya harus masuk sebagai penentu kebijakan itu dengan cita-cita murni bahwa saya ingin terutama memajukan NTB dengan kemampuan. dengan tekad saya," tegasnya.
3. Ajak kaum milenial semasa kampanye
Semasa kampanye, ia menggandeng kaum milenial untuk mengenalkan dirinya kepada masyarakat.
Ia mengajak pemuda yang tergabung dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), HMI, sampai karang taruna.
Ia mengaku sudah memperhitungkan berbagai aspek untuk dapat meraih simpati masyarakat.
Termasuk dengan memperhitungkan strategi dari pesaingnya.
"Saya juga melirik dari kontestan lain," ujarnya.
Ia menilai bahwa kontestan lain tidak melirik kaum minoritas.
Dari situlah ia mulai merangkul kaum minoritas untuk mendukungnya.
Jadi tidak dibenarkan jika ia hanya mengandalkan fotonya saja untuk pemilu legislatif.
"Ya itu salah besar," tegasnya.
4. Dampak gugatan Farouk terhadap keluarga
Evi mengaku bahwa masyarakat tidak pernah mempermasalahkan fotonya, seperti yang dikatakan Farouk.
Ia juga penasaran mengapa Farouk baru mempermasalahkan hal itu sekarang.
Bukannya dari dulu, semasa kampanye.
"Kenapa baru sekarang digugat, ya kan di seluruh NTB ada, di kota-kota ada spanduk saya, baliho saya, kalender saya," ungkapnya.
Walupun ia sudah optimis akan menang di MK, ia juga sedikit khawatir atas gugatan pesaingnya itu.
Namun, ia tetap yakin bahwa ia berada di jalan yang benar.
Hal itu juga didukung oleh keluarga serta keyakinannya.
"Keluarga ada sedikit gemas, apalagi anak-anak, suami, kok istrinya dijelek-jelekin atau mamanya dijelek-jelekin," ujarnya.
"Teman-teman anak-anak juga bilang, 'wah nggak pernah tahu tante ngomong sembarangan'," tambahnya.
Evi yakin bahwa MK akan memberikan keputusan yang adil atas perkara ini.
"Optimis Insya Allah. Saya pikir Hakim adalah orang-orang yang bijak yang tahu tentang hukum, yang mempunyai hati nurani," pungkasnya.
(*)